-->

Iklan

Pemerintah Sumut Harus Cepat Tanggap Dalam Kemanusiaan Dan Sosial

, Mei 23, 2021 WIB

warnasumut.com - Deli Serdang. Rasa kemanusiaan yang terdapat pada jiwa manusia pasti akan timbul jika melihat orang yang sedang kesulitan. Itulah yang dirasakan pada sosok aktivis serta tokoh muda ini. Ahmad Bakri Syahputra S.E dan aktivis kemanusiaan dan sosial ibu nursyamsiah yang tidak asing lagi di lingkungan masyarakat Deli Serdang ini. Mereka bertindak cepat dalam menanggapi persoalan masyarakat yang sedang sakit tapi terkendala biaya yang sangat cukup besar, maka mereka segera mendatangi ke keluarga korban untuk dapat membantu permasalahan mereka tersebut. (sabtu, 22 Mei 2021)


Ahmad Bakri Syahputra S.E adalah Ketua dari organisasi di Gerakan Advokat dan Aktivis Kota Medan dan Ketua Generasi Negarawan Indonesia sekaligus berkecimpung di perpolitikan,  ia berpendapat jika kita mempunyai umur serta relasi untuk membantu sesama maka gunakanlah waktu tersebut untuk yang memperlukan bantuan.




Penyakit yang di derita adik ini sudah sangat parah maka dari sini kami mencoba untuk memberikan bantuan agar keluarga bisa diringankan biaya rumah sakit di mitra sejati. Adapun tindakan yang kami lakukan ialah mendatangi stake holder dilingkungan tersebut memberitahukan bahwa ada warganya yang sakit tapi terkendala biaya yang sangat besar. Ucap ahmad bakri syahputra s.e


Ibu nursyamsiah mengatakan bahwa masyarakat harus bisa saling bahu membahu dalam hal menolong sesama, karena kita hidup membutuhkan orang lain. Permasalahan yang di derita keluarga ini sangat tidaklah mudah. Yaitu kartu jamsostek mereka sudah mati, maka biaya otomatis bakal menjadi tanggungan oleh keluarga. Kami disini membantu menjembatani keluarga ke instansi pemerintah agar segera cepat tanggap lah menolong korban, Karena kesehatan sangat berharga.


Marilah kita bersama-sama menolong keluarga ini karena kita tau sendiri ayah korban pendapatan sangat pas-pasan. Ayolah pihak dinas dan instansi pemerintah terkait bukalah mata hati kita untuk membantu sesama, karena jika bukan dari kita siapa lagi. Kalau bukan dari sekarang kapan lagi,  tutup ahmad bakri syahputra S.E


Adapun kronologi dan cerita korban dapat dilihat di bawah ini. 


Cerita kronologi korban:


Pukul setengah tiga pagi, saat sebagian besar orang sedang terlelap nyenyak-nyenyaknya, Pak Sunarwan dan Bu Siti sudah sibuk di dapur. Berdua beradu dengan kuali serta bumbu-bumbu yang harus segera selesai diolah jadi lontong dan nasi lemak sebelum matahari terbit. Semata demi dapat mengais rupiah untuk selamatkan anak mereka, Abdul Risky (15), dari ancaman kematian akibat usus yang tersumbat hingga nyaris busuk dan pecah!


Waktu itu langit masih gelap, ayam belum juga berkokok, dan dingin kabut malam masih begitu menusuk tulang. Orang-orang masih terlelap dalam mimpi, tetapi Abdul yang duduk di bangku kelas 2 SMP justru sudah terjaga untuk berjuang wujudkan mimpi jadi seorang pilot. Ia lipat selimut, turun dari kasur dan bergegas ke dapur bantu ayah-ibu siapkan dagangan. Nahas, masakan belum juga matang, Abdul tiba-tiba merasa seperti ada tangan besi yang menonjok perutnya dari dalam. Sontak ia menjerit kesakitan dan jatuh terduduk di depan kompor.


Walau sudah minum obat generik dari apotek, perasaan seperti ditonjok-tonjok tangan besi dari dalam perut rupanya berlanjut dan masih Abdul rasakan hingga dua minggu kemudian. Puncaknya, Abdul tak henti muntah-muntah. Apa pun yang masuk mulut langsung keluar lagi, tetapi perut Abdul malah membesar! Saat dipegang, perut Abdul pun terasa keras seperti ada tekanan dari dalam. Benar-benar bak balon yang terus menerus ditiup hingga nyaris meledak.


Merasa ada yang sudah tak normal dari kondisi Abdul, Pak Sunarwan dan Bu Siti bergegas cari pertolongan. Miris, mereka berkali-kali ditolak bidan dan rumah sakit terdekat karena keterbatasan fasilitas. Abdul akhirnya harus dibawa ke rumah sakit yang lebih jauh dari tempat tinggal dengan bantuan mobil tetangga. 

Di IGD, hasil pemeriksaan dan foto rontgen buat dunia Pak Sunarwan dan Bu Siti seakan runtuh seketika. Ternyata selama berminggu-minggu menahan sakit perut, Abdul tengah diintai ancaman kematian! Usus Abdul terlipat-lipat dan lengket saling menempel sehingga terjadi penyumbatan. Segala macam makanan serta cairan yang tak bisa dicerna menumpuk dan membusuk, bercampur dengan gas sekaligus asam lambung sampai menekan usus!


Abdul divonis mengidap penyakit bernama ileus obstruktif. Kata dokter, jalan satu-satunya untuk selamatkan Abdul adalah operasi dan perawatan intensif yang dibarengi dengan terapi obat-obatan. Tanpa itu semua, selain bisa ikut membusuk, usus Abdul bisa berujung pecah mengeluarkan darah, nanah, serta bakteri hingga timbulkan infeksi dan komplikasi serius yang mengancam nyawa!


Jika tak ingin kehilangan anak, setidaknya uang sebesar 100 juta berarti mesti segera Pak Sunarwan dan Bu Siti siapkan. Sungguh pilu sebab jumlahnya bagai bumi dan langit dengan pendapatan mereka sebagai pedagang sarapan pagi di pinggir jalan. Mungkinkah Pak Sunarwan dan Bu Siti selamatkan Abdul kalau jerih payah keduanya memasak dari sebelum subuh dan layani pembeli hingga matahari menjelang terik hanya hasilkan 60 ribuan/hari?


“Dulu pas umurnya baru sebulan, Abdul juga pernah sakit persis begini. Waktu itu saja saya sama istri harus berjuang mati-matian biar bisa kumpulin biaya operasi dan nyelamatin Abdul. Ya Allah… Kenapa sekarang kejadian lagi? Warung padahal lagi sepi gara-gara pandemi. Jangankan bawa pulang uang. Seringnya saya malah bawa pulang makanan basi karena dagangan nggak ada yang laku…” – Pak Sunarwan, pedagang lontong dan nasi lemak kaki lima di Deli, Sumatera Utara. (Julian)
Komentar

Tampilkan

Terkini